Senin, 01 Juni 2020

Apakah Anda Berasal Dari Indonesia

Apakah Anda Berasal Dari Indonesia?

Pertanyaan itu saya dapati kemarin sore, ketika saya mau ke supermarket bersama neng Femke (Putri saya).

Saat kami berdua di depan deretan Trolley belanja. Kemudian saya PD buka dompet mau ambil uang recehan 1€ atau uang koin Seribu Rupiah yang biasanya terselip di dompet untuk pakai trolley belanja.

Oh iya. Di Jerman, dan negara Eropa lainnya. Trolley di supermarket itu biasanya menggunakan koinan jika ingin memakainya.

Sejak masa semi lockdown Covid-19 serta untuk menjaga sosial distance. Serta jarak antara kita dan orang lain itu sekitar 1-1,5meter. Alhasil supermarket di kampung kami dan area lainnya, membuat aturan. Jika belanja di supermarket harus menggunakan Trolley Belanja. Trolley nya juga di semprot Disinfection dahulu (ada petugas khusus yang membantu).

Balik ke uang koinan, pas saya mengubek dompet, ternyata saya ingat, koinan itu saya letakan di kantong jaket, dan kemarin gak jaketan pas ke supermarket. Lalu saya cek dompet koinan yang biasanya memang tidak banyak isinya karena kalau ada, langsung saya masukin celengan neng Femke. Ketika saya buka dompet koin tersebut, cuma ada beberapa uang koinan nominal 20cent,10 dan 5cent. Tidak ada 50cent atau 1€.

Akhirnya.Saya kumpulkan koinan semuanya yang ada hingga terkumpul mencapai 50cent, saya niat menukarkan ke petugas yang sedang jaga depan pintu masuk untuk menyemprotkan spray disinfection ke setiap trolley belanja.

Beliau tampaknya mengetahui jika saya mau menukar uang koin. Karena ketika kami menuju kepadanya sebelum saya sempat menyapanya, beliau langsung menghampiri saya. Memberikan uang koin Plastik warna biru, sambil berkata
"Sie konnen es benutzen. (Anda bisa menggunakannya)."

" Danke. Aber ich mochte das Geld wechseln. (Saya bilang terimakasih, saya mau tukar saja)", sambil saya menunjukan koinan Euro yang saya punya.

"Nein. Alles okay. Einfach es benutzen. (tidak apa-apa. Anda pakai saja)".

Lalu petugas tersebut bertanya"
Sie sind kommen aus Indonesien?"(Apakah Anda berasal dari Indonesia?)".

Wow, saya suprise juga kok beliau tahu asal saya.

Saya jawab

"Bagaimana Anda mengetahui asal saya. Apakah anda tinggal disini?" (Karena kampung kami kecil, biasanya saling mengenal satu sama lain).

Dia tersenyum sambil jawab, saya tinggal di Kota Bremen.

Saya mengetahui asal kamu. Karena dari penampilan kamu dengan hijab serta paras wajah asia kamu. Menandakan asal orang Indonesia. Oh iya satu lagi, karena kamu ramah dan selalu tersenyum. Itu tanda orang Indonesia yang saya tahu. (sambil dia tersenyum)

Ketika mendengar jawabannya. Ah saya jadi ikutan tersenyum lagi juga bersamanya.

"Anda berasal dari negara mana?" Penasaran saya tanya beliau. Karena wajahnya tampak seperti orang arab, tapi bukan wajah Turki atau Negara timur tengah lainnya yang biasa saya temui selama tinggal di Jerman.

"Asal saya dari Afghanistan", sahut beliau.

Achso (oh begitu) . Jawab saya, sambil saya membaca nametag nya tertera nama Massary.

"Assalamualaikum" ucap saya kemudian.

"Waalaikum salam" . Jawabnya.

Kemudian dia menyapa Neng Femke yang berdiri di sebelah saya . "Siapa nama kamu? Kamu cantik sekali. Masha Allah"

Femke yang menyimak perbincangan kami sebelumnya. Menatap saya untuk meminta persetujuan saya untuk menjawab namanya (Anak di Jerman dibiasakan tidak memberikan nama kepada orang asing yang baru ditemui). Saya mengangguk. Lalu dia menjawab namanya.

Kemudian saya pamit kepada Massary untuk masuk dahulu buat belanja. Sambil saya bilang "nanti saya kembalikan koinnya".

Kami masuk, belanja semua keperluan. Di dalam supermarket neng Femke bertanya, "mama kenapa staff supermarket tadi tahu kalau mama berasal dari Indonesia?"

"Iya. Indonesia itu luas dan terkenal nak. Makanya Femke harus bangga punya darah Indonesia dan bisa bahasa Indonesia. Karena banyak orang tahu negara Indonesia".
(Saya selalu memotivasi Neng Femke untuk selalu bangga kepada setengah negaranya dan bahasa Ibunya)

Lalu setelah selesai belanja, saya balikin trolley dan semua belanjaan sudah rapih masuk ke keranjang sepeda. Saya balik menuju ke pintu masuk untuk kembalikan koinnya yang di pinjamkan Massary tadi.

Dia menjawab, "tidak usah. Anda simpan saja untuk dipakai kalau lupa bawa koin lagi buat belanja lain waktu"

Saya bilang"gak usah saya punya di rumah".

"Tidak apa-apa, saya juga punya banyak" . Sambil dia keluarkan dari kantong kemeja kerjanya koinan plastik biru hampir setengah genggam tangannya.

"Simpan saja untuk anda". Beliau mengulangi.

"Baiklah kalau begitu. Terimakasih banyak sekali lagi. Bleibt gesund (stay healthy) semoga selalu sehat" Ucap saya.

"InshaAllah" jawabnya.

.
.

#CeritaEmakF

6 komentar:

  1. I proud with my country ...

    Makasih say tulisannya

    BalasHapus
  2. Selalu seru baca kisah-kisah keseharian mba Tuti di Jerman.

    BalasHapus
  3. Masya Allah Mbak Tuti, jadi bangga menjadi orang Indonesia yaa?

    BalasHapus
  4. Baca cerita emak ini saya jadi ikut bangga juga jadi orang Indonesia karena di luar sana ternyata masih ada juga orang asing yang mengenal orang Indonesia sebagai penduduk yang ramah dan murah senyum.

    BalasHapus
  5. Indonesia memang terkenal dengan keramahannya ya mbak. Dan kadang juga kepolosannya kalau bertemu orang baru.

    BalasHapus
  6. Keren Mbak. Suka cerita petualangan orang Indonesia di negeri orang.

    BalasHapus

Langkah Membuat Surat Penetapan Pengadilan Negeri Untuk Penambahan Nama Keluarga Suami (Family Name)

Hallo teman-teman semuanya.      Saya pernah menuliskan tema ini pada tahun 2015 lalu. Di postingan kali ini saya hanya menambahkan UPDATE t...